Pages

Wednesday 10 August 2011

Disaat gue sedang seru menonton Desperate Housewives, sebuah seri drama-komedi yang diputar di salah satu channel favorit tv kabel gue, nyokap keluar dari kamarnya.
Nyokap minta gue untuk beli obat batuk di salah satu mini-market yang jaraknya sekitar 200 kaki dari rumah gue.
Dan gue, sangat-sangat tidak ingin meninggalkan tv dan basreng andalan cimahi yang sedang gue cemil.
Dengan berat hati gue beranjak menuju kamar nyokap untuk minta uang.
Gue liat bokap.

Pucet.

Gue ambil selembaran lima puluh ribuan dari tangan nyokap, dan kembali ke ruang tamu.
Bree dan Chuck ini sedang berada di sebuah bar, menunggu pernyataan Chuck, apakah dia gay atau tidak.
Gue bener-bener nggak mau meninggalkan tv.

Tapi gue tiba-tiba aja inget, belom sebulan lalu, alergi gue kambuh.
Gue bawel banget, karena kegatelan yang menyerang tangan gue.
Semua permukaan tangan gue udah bentol-bentol, dan minta buat digaruk banget.

"Pah, aku mau ke dokter."

Satu jam kemudian, gue udah berada dimobil menuju jalan pulang, sambil ngemil nuggets-nya McD, kesukaan gue.
Disebelahnya, bungkusan berisi obat senilai setengah juta, terbungkus rapih.

Bokap nggak pernah mau liat gue kesakitan. Lemes. Nggak berdaya. Nggak nyaman.

Maka, gue tuntun sepeda gue menuju keluar rumah, sambil sempat-sempatnya mencuri pandang ke tv diruang tamu gue.
My dad worth much better.

No comments:

Post a Comment